Delta Force: Xtreme 2

Games1105 Dilihat

Pada Oktober 2009, lanskap shooter telah berubah tak terkenali. Call of Duty: Modern Warfare telah merevolusi genre dengan setpiece cinematic dan multiplayer yang addictive. Battlefield Bad Company membawa destruksi lingkungan ke tingkat baru. Di tengah era blockbuster AAA ini, NovaLogic merilis Delta Force: Xtreme 2—judul yang akan menjadi karya terakhir mereka di franchise yang telah mendefinisikan tactical shooter selama lebih dari satu dekade.

“Kami menyadari bahwa pasar telah berubah secara dramatis,” jelas Mike Jones, Produser Eksekutif di NovaLogic, dalam wawancara terakhirnya sebelum rilis. “Tapi kami yakin masih ada tempat untuk tactical shooter yang fokus pada realisme, gameplay terbuka, dan taktik tim yang menjadi ciri khas Delta Force.”

Setelah empat tahun pengembangan pasca-Xtreme pertama—periode yang luar biasa panjang untuk studio independen—Xtreme 2 muncul di pasar yang hampir tidak dikenali dibanding saat franchise ini dimulai. Dengan harga $29.99, game ini diposisikan sebagai alternatif value-oriented terhadap judul-judul premium dan sebagai bukti dedikasi NovaLogic terhadap penggemar setianya.

Teknologi: Evolusi Dalam Batasan

Secara teknis, Xtreme 2 merepresentasikan iterasi terakhir engine NovaVision. Meski tidak dapat bersaing dengan powerhouse grafis seperti Frostbite atau IW Engine, engine yang diperbarui ini menawarkan peningkatan visual signifikan dibanding pendahulunya.

Perbaikan utama termasuk texture resolution lebih tinggi (hingga 2048×2048), shader berbasis physic untuk efek air dan refleksi yang ditingkatkan, dan sistem pencahayaan dinamis yang lebih canggih. Efek partikel, termasuk debu, asap, dan ledakan, menunjukkan kemajuan paling mencolok dengan densitas dan perilaku yang lebih realistis.

“Engine menunjukkan umurnya dalam beberapa aspek,” tulis Dan Stapleton dalam reviewnya untuk PC Gamer (skor 73%), “tetapi NovaLogic memaksimalkan setiap ons kekuatannya, dan lanskap terbuka luas dengan jarak pandang ekstrem tetap mengesankan bahkan di tahun 2009.”

Fitur teknologi paling signifikan adalah integrasi NVIDIA PhysX yang memungkinkan simulasi fisika yang lebih realistis untuk objek, kendaraan, dan karakter. Efek-efek seperti peluru yang menembus permukaan berbeda, bangunan yang runtuh secara dinamis, dan efek angin pada vegetasi menambah lapisan realisme yang tidak ada dalam entri sebelumnya.

Persyaratan sistem tetap relatif moderat dibanding blockbuster era itu, dengan fokus pada optimasi yang memungkinkan performa stabil di berbagai konfigurasi hardware—filosofi yang mencerminkan fokus NovaLogic pada gameplay daripada grafis cutting-edge.

Gameplay: Menyeimbangkan Warisan dan Modernisasi

Xtreme 2 merepresentasikan evolusi halus namun signifikan dari formula Delta Force. Game ini mempertahankan sistem balistik realistis dan fokus pada pertempuran jarak jauh yang menjadi ciri khas franchise, sambil memperkenalkan perubahan untuk mengakomodasi sensibilitas modern.

Arsenal yang luas mencakup 60 senjata—jumlah terbesar dalam franchise hingga saat itu—mulai dari handgun dan SMG hingga sniper rifle dan heavy weaponry. Setiap senjata memiliki karakteristik unik dengan perhatian detail pada akurasi, recoil, dan damage model yang berbeda berdasarkan jenis amunisi dan jarak.

“Seimbangan antara realisme dan aksesibilitas menunjukkan evolusi franchise,” komentar William Abner di Computer Games Magazine (skor 3.5/5). “Penembakan terasa tangible dan konsekuensial, namun sistem forgives cukup sehingga pertempuran tidak selalu one-shot-one-kill seperti di judul-judul awal.”

Fitur gameplay baru paling signifikan adalah ekspansi vehicle gameplay. Pemain sekarang dapat mengoperasikan berbagai kendaraan termasuk jeep, tank, helikopter, dan speedboat—semuanya dengan model fisika yang meyakinkan meskipun kurang kompleks dibanding simulator dedicated. Implementasi ini menambah dimensi taktis baru, memungkinkan strategi seperti insertion helikopter atau serangan kendaraan lapis baja yang sebelumnya hanya tersedia dalam cutscene.

Kampanye: Hotspots Global, Struktur Fleksibel

Kampanye Xtreme 2 menampilkan tiga theater konflik yang berbeda: Rusia (melawan sindikat mafia dan teroris separatis), Timur Tengah (operasi counter-terrorism di negara fiktif), dan Amerika Selatan (misi anti-narkotika melawan kartel). Setiap region menawarkan tantangan taktis unik, dari urban combat di timur tengah hingga pertempuran hutan di Amerika Selatan.

Struktur misi menunjukkan pendekatan semi-open ended yang menjadi trademark Delta Force. Setiap operasi menyajikan serangkaian objektif primer dan sekunder dalam area besar, memungkinkan pemain menentukan pendekatan mereka—stealth, frontal assault, atau sniper overwatch. Fleksibilitas ini sangat kontras dengan linearitas kampanye kebanyakan FPS kontemporer.

“Inovasi level design paling mengesankan adalah ‘approach zones’,” jelasnya Steve Butts dalam reviewnya untuk IGN (skor 7.5/10). “Misi memberikan pemain kendali atas titik insertion mereka, sehingga permainan yang sama bisa dimainkan dengan pendekatan taktis yang sangat berbeda.”

Seperti entri sebelumnya, narasi tetap minimal, dengan fokus pada briefing misi daripada cutscene atau pengembangan karakter. Pendekatan ini, dulu dianggap standar, semakin terasa old-school di era cinematic blockbusters seperti Modern Warfare 2.

Multiplayer: Komunitas yang Berdedikasi

Jika kampanye single-player terasa tradisional, multiplayer Xtreme 2 menghadirkan inovasi yang memastikan longevity game di tahun-tahun berikutnya. Didukung oleh platform NovaWorld yang disempurnakan, game ini menawarkan pertandingan hingga 150 pemain—angka mengesankan bahkan untuk standar 2009.

Fitur online baru termasuk perkembangan experience-based yang membuka akses ke senjata dan equipment baru, sistem Achievements and Medal yang terinspirasi dari trend industri, dan mode co-op yang memungkinkan hingga 8 pemain menyelesaikan misi kampanye bersama-sama.

“Custom mission editor adalah pemenang besar bagi komunitas,” menurut Robert “Raptor” Johnson, veteran komunitas Delta Force. “Map dan skenario buatan pemain memperluas umur game secara eksponensial, dengan beberapa kreasi terbaik melebihi kualitas konten official.”

Mode multiplayer mencakup standar seperti Deathmatch dan Team Deathmatch, serta mode objektif seperti Flag Ball dan King of the Hill. Yang paling populer adalah “Advance and Secure”—mode objective-based yang melibatkan tim yang bersaing untuk menangkap dan mempertahankan serangkaian posisi dalam urutan linier, menginspirasi mode serupa dalam banyak FPS modern.

Penerimaan: Respek dalam Keterbatasan

Dengan nilai rata-rata 71/100, Xtreme 2 menerima resepsi kritis yang moderat hingga positif—angka solid untuk game mid-budget di era AAA. Kritikus umumnya memuji kesetiaan game pada akar tactical shooter-nya dan harga value-oriented, sambil mengakui keterbatasan teknis dibanding blockbuster kontemporer.

“Xtreme 2 adalah surat cinta untuk penggemar taktis hardcore,” tulis Jeff Gerstmann dalam reviewnya (skor 3/5 stars). “Ini tidak akan memenangkan konversi dari Call of Duty crowd, tapi itu juga bukan tujuannya.”

Secara komersial, game ini mencapai kesuksesan moderat dengan estimasi 400,000 unit terjual secara global—angka mengesankan untuk studio independen di era dominasi publisher besar. Kesuksesan ini terutama didorong oleh loyalitas penggemar franchise lama dan harganya yang kompetitif.

Dibandingkan dengan raksasa 2009 seperti Modern Warfare 2 dan Battlefield: Bad Company, Xtreme 2 jelas berada di ceruk yang berbeda. Namun game ini berhasil menemukan audiensnya, terutama di antara pemain yang mencari pengalaman taktis yang kurang arcade dibanding game-game mainstream.

Legacy: Tirai Penutup untuk Sebuah Era

Delta Force: Xtreme 2 akhirnya menjadi entri terakhir franchise dari NovaLogic, mengakhiri perjalanan 11 tahun yang dimulai dengan Delta Force original 1998. Studio tersebut tidak merilis judul baru di franchise ini sebelum akhirnya diakuisisi oleh THQ Nordic pada 2016.

“Ini adalah testament bagi visi NovaLogic bahwa gameplay taktis dalam lingkungan sandbox terbuka masih diminati di 2009,” refleksi Michael Futter dalam artikelnya “The Legacy of NovaLogic” untuk Game Informer (2017). “Dalam banyak hal, Xtreme 2 merupakan blueprint untuk revival genre tactical shooter yang kita lihat belakangan ini.”

Pengaruh Delta Force pada genre tactical shooter tetap terasa hingga hari ini. Elemen-elemen seperti lingkungan terbuka luas, sniper jarak jauh dengan simulasi balistik, dan gameplay squad-based akhirnya kembali mendapat popularitas dalam judul-judul seperti Arma, Squad, dan generasi baru Rainbow Six. Fokus pada realisme di atas spektakel—prioritas Delta Force sejak awal—menjadi trend yang berkembang di tahun-tahun berikutnya.

Bagi penggemar lama, Xtreme 2 tetap dikenang dengan penuh kasih sayang sebagai nyala terakhir dari franchise taktis klasik—bukti bahwa bahkan di era FPS yang semakin cinematic, masih ada ruang untuk tactical shooter yang menekankan pendekatan militer yang lebih realistis.

Sebagai penutup dari era founding NovaLogic dan sebagai jembatan ke kebangkitan kembali tactical shooter di tahun-tahun berikutnya, Delta Force: Xtreme 2 mungkin tidak sempurna, tetapi posisinya dalam sejarah genre ini tidak dapat disangkal. Studio tersebut mungkin tidak lagi ada dalam bentuk aslinya, tetapi warisan Delta Force tetap hidup dalam DNA tactical shooter modern hingga hari ini.