Kinerja Buruk X (Twitter) Menurut Analisis UE Disorot Sebagai Penyebar Disinformasi

Tekno316 Dilihat

Kinerja Buruk X – X, yang dulu kita kenal sebagai Twitter, baru-baru ini menjadi sorotan Uni Eropa karena menjadi platform media sosial dengan rasio terburuk dalam menyebarkan disinformasi. Ini adalah kabar penting yang menunjukkan betapa besar tantangan yang dihadapi oleh platform-platform besar dalam mengatasi masalah disinformasi. Mari kita bahas lebih lanjut tentang apa yang terjadi.

Kinerja Buruk X Menurut Analisis UE

Dalam analisis Uni Eropa yang dilakukan baru-baru ini, X ditemukan memiliki rasio terburuk antara disinformasi (informasi palsu) dan konten yang benar di antara jaringan media sosial utama. Ini berarti bahwa sebagian besar konten yang beredar di platform ini adalah disinformasi atau informasi yang salah.

Komisioner untuk Nilai dan Transparansi, Vera Jourova, mengungkapkan temuan ini dalam pidatonya. Dia menjelaskan bahwa analisis ini menggunakan metodologi baru yang dikembangkan oleh pihak yang menandatangani Kode Perilaku UE.

Analisis ini mencakup indikator-indikator tentang seberapa mudahnya menemukan konten disinformasi, berapa banyak keterlibatan yang diterima oleh konten semacam itu, dan informasi tentang sumbernya. Hasil analisis ini memberikan wawasan yang berharga tentang masalah disinformasi di platform-platform online.

X Keluar dari Kode Praktik Disinformasi UE:

Mengapa X bisa memiliki rasio terburuk dalam menyebarkan disinformasi? Salah satu faktornya adalah bahwa X telah keluar dari Kode Praktik Disinformasi UE. Pada bulan Mei, X memutuskan untuk tidak lagi terlibat dalam upaya UE untuk melawan disinformasi.

Hal ini terjadi setelah UE mengingatkan bahwa perubahan kebijakan yang dilakukan oleh X setelah diambil alih oleh Elon Musk justru meningkatkan propaganda dari Rusia dan juga kritik atas kurangnya pelaporan yang konsisten.

Perubahan di Bawah Pemilik Baru

Elon Musk, pemilik X, telah melakukan beberapa perubahan yang signifikan pada platform ini. Salah satunya adalah penggunaan fitur pengecekan fakta yang memungkinkan pengguna untuk memberikan pendapat mereka tentang kebenaran atau ketidakbenaran sebuah informasi. Namun, beberapa pengamat mengkritik pendekatan ini karena mengoutsourcing tanggung jawab untuk menilai kebenaran informasi kepada pengguna.

Selain itu, Musk telah menghapus beberapa tanda yang sebelumnya membantu pengguna Twitter untuk menilai kualitas informasi, seperti label media yang berafiliasi dengan negara dari outlet propaganda. Ini adalah perubahan besar yang telah memengaruhi cara pengguna memahami dan mengevaluasi informasi di X.

Potensi Konsekuensi yang Mahal Kinerja Buruk X

Apa konsekuensinya bagi X karena menjadi platform dengan rasio terburuk dalam menyebarkan disinformasi? DSA (Digital Services Act) UE mengizinkan hukuman berat untuk pelanggaran, yang dapat mencapai hingga 6% dari omset tahunan global. Selain itu, tidak mengikuti Kode Praktik Disinformasi juga dapat menjadi faktor yang memengaruhi hukuman tersebut.

Namun, sejak Musk mengambil alih, pendapatan iklan X telah menurun karena banyak pengiklan meninggalkan platform ini karena masalah toksisitas dan disinformasi yang merugikan. Hal ini dapat mengurangi besarnya hukuman yang akan diterima oleh X di bawah DSA.

Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya?

Sekarang, pertanyaannya adalah apa yang akan terjadi selanjutnya. Komisi UE akan merespons temuan ini dengan langkah apa? Apakah X akan melakukan perubahan untuk memperbaiki rasio disinformasi di platform mereka? Ini adalah pertanyaan yang akan dijawab dalam waktu dekat.

Disinformasi adalah masalah serius di era media sosial, dan X adalah contoh terbaru dari platform yang dihadapkan pada tantangan ini. Analisis UE menunjukkan bahwa ada pekerjaan yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah ini.

Kita semua perlu berperan aktif dalam mengidentifikasi dan melawan disinformasi agar informasi yang kita terima di media sosial dapat lebih akurat dan terpercaya. Semoga tindakan yang diambil oleh pihak-pihak terkait dapat membantu mengatasi masalah ini dan membuat media sosial menjadi tempat yang lebih aman dan informatif bagi semua orang.

Tinggalkan Balasan