Dalam dunia anime, episode keenam dari Oshi no Ko telah memicu perdebatan yang mendalam. Episode ini membawa kisah yang begitu mirip dengan insiden nyata yang terjadi tiga tahun lalu. Namun, seberapa banyak yang kita tahu tentang cerita ini?
Oshi no Ko, sebuah anime yang menggambarkan sisi gelap industri hiburan Jepang, telah menuai perhatian para penggemar. Episode ini mengisahkan karakter Hoshino Aqua yang terlibat dalam sebuah reality show, di mana remaja berusaha menjalin hubungan cinta.
Namun, yang tak terduga adalah ketika salah satu kontestan, Kurokawa Akane, secara tidak sengaja melukai peserta lain. Respons kejam dari publik di media sosial pun mengarah Akane pada keputusan tragis untuk “mengakhiri hidupnya sendiri”.
Namun, kontroversi pun meletus karena banyak yang menemukan keterkaitan erat antara episode ini dengan peristiwa nyata. Insiden “Terrace House Tokyo“, di mana seorang kontestan reality show mengakhiri hidupnya setelah menerima serangan kejam online, memiliki kemiripan yang mencolok dengan plot yang dihadirkan dalam Oshi no Ko.
Tidak lama setelah itu, muncullah reaksi dari Kimura Kyoko, ibu dari korban nyata. Melalui akun Twitter-nya, Kyoko mengkritik penggunaan peristiwa tragis tersebut dalam anime, merasa bahwa ini telah mengganggu dan menyakitkan.
Reaksi Fans Oshi no Ko
Tanggapan fans bervariasi. Sebagian mendukung pesan yang ingin disampaikan oleh anime ini mengenai dampak buruk media sosial terhadap individu. Di sisi lain, ada yang berpendapat bahwa mengangkat peristiwa nyata dalam konteks fiksi adalah hal yang sangat sensitif dan memerlukan pertimbangan yang lebih mendalam.
Mereka berpendapat bahwa penonton seharusnya lebih memahami pesan yang ingin disampaikan oleh karya ini dan tidak terlibat dalam kontroversi yang bisa merugikan semua pihak.
Namun, di tengah perdebatan ini, ada juga suara-suara bijak yang menunjukkan arah yang lebih baik. Beberapa pengguna mengingatkan bahwa pesan yang ingin disampaikan oleh anime seharusnya tercermin dalam tindakan nyata dan rasa hormat terhadap keluarga korban nyata.
Baca Juga
Namun, kita juga perlu mengingat bahwa keputusan untuk menggambarkan peristiwa nyata dalam dunia fiksi adalah hal yang kontroversial. Ini seharusnya menjadi peluang bagi pencipta dan penonton untuk mempertimbangkan implikasi dari setiap tindakan. Kontroversi ini mengingatkan kita akan pentingnya memahami batasan antara realitas dan fiksi, serta perlunya perlakuan yang sensitif dan hormat terhadap keduanya.
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak serial anime yang mencoba menggambarkan peristiwa kehidupan nyata dalam animasi mereka. Sebagai contoh, film terbaru karya Makoto Shinkai, “Suzume no Tojimari”, mengangkat plot Gempa Bumi Besar Jepang tahun 2011.
Namun, kenyataannya adalah bahwa pengambilan risiko semacam ini seharusnya dihadapi dengan penuh pertimbangan dan sensitivitas. Bagi para penggemar yang selalu berpendapat bahwa realita dan cerita fiksi itu berbeda, semestinya juga mampu menghormati karya dan niat pencipta mereka.